Jumat, 26 Desember 2008

EKSISTENSI GUNUNG


BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang Masalah
Gunung merupakan bentuk muka bumi yang menonjol daripada muka bumi yang lainnya. Oleh karena itu, gunung banyak memiliki faedah serta manfaat bagi makhluk hidup terutama manusia yang bermukim di sekitarnya. Akan tetapi selama ini belum banyak makhluk hidup terutama manusia mempelajari serta mengetahui akan nilai positif dari gunung itu sendiri, padahal Allah SWT telah menjelaskan hal itu (nilai positif dari eksistensi gunung) di dalam kitab suci-Nya yaitu Al-Qur’an Al-Karim.
Kemudian, gunung ini merupakan salah satu tanda kekuasaan serta kebesaran penciptaan Allah SWT yang di dalam proses penciptaannya banyak terdapat rahasia-rahasia yang semestinya kita selaku penghuni bumi dapat mengetahuinya.
Oleh karena itu, di dalam paper ini penulis akan sedikit menjelaskan tentang nilai positif dari eksistensinya gunung di muka bumi ini, serta rahasia-rahasia yang terkandung di dalam gunung, baik itu dari proses penciptaannya maupun dari hal-hal yang berkaitan dengan gunung itu sendiri.

I.II. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya ialah:
1. Apa nilai positif dari eksistensi gunung-gunung di muka bumi ini?
2. Apa rahasia-rahasia yang terkandung di dalam gunung-gunung?
I.III. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan masalahnya ialah:
1. Dapat mengetahui nilai positif dari eksistensi gunung-gunung di muka bumi ini.
2. Dapat mengetahui rahasia-rahasia yang terkandung di dalam gunung-gunung.

BAB II
PEMBAHASAN

II.I Pengertian Gunung
Bumi diciptakan oleh Allah SWT tidak berbentuk bulat sempurna, melainkan bulat pipih dengan bentuk muka atau kerak bumi yang tidak rata, ketidakrataan ini secara sains (ilmu) diakibatkan oleh tenaga dari dalam (endogen) atau dari luar (eksogen). Salah satu bentuk fenomena alam yang diakibatkan oleh tenaga endogen adalah terbentuknya gunung.
Gunung adalah sebuah bentuk tanah yang menonjol di atas wilayah sekitarnya. Sebuah gunung biasanya lebih tinggi dan curam dari sebuah bukit, tetapi ada kesamaaan, dan penggunaan sering tergantung dari adat lokal. Beberapa pejabat mendefinisikan gunung dengan puncak lebih dari besaran tertentu; misalnya, Ensiklopedia Britannica membutuhkan ketinggian 2000 kaki (610 m) agar bisa didefinisikan sebagai gunung. (http://juliusdarmansyah.wordpress.com

II.II Pergerakan Gunung
Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya:”dan engkau akan melihat gunung-gunung yang engkau kira tetap ditempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan. Itulah ciptaan Allah yang Mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Naml:88) dari hasil rekaman satelit, diperoleh bukti bahwa Jazirah Arab beserta gunung-gunungnya bergerak mendekati Iran beberapa sentimeter setiap tahunnya. Sebelumnya sekitar 5 juta tahun yang lalu Jazirah Arab memisahkan diri dari Afrika dan membentuk laut merah sekitar daerah Somalia sepanjang pantai timur ke selatan saat ini berada dalam proses pemisahan yang lamban dan telah membentuk lembah belah yang membujur ke selatan melalui deretan danau Afrika. (Shihab, 1997:187)
Selanjutnya, Mufasir Al-Qasimiy menafsirkan ayat di atas yaitu ayat berjalannya gunung-gunung adalah terjadinya di bumi, dan tidak ada korelasinya dengan ayat sebelumnya yang menerangkan tentang peristiwa hari kiamat serta penciptaan malam, akan tetapi dalam hal ini dapat dikatakan bahwa penciptaan malam dan berjalannya gunung-gunung merupakan dalil atau tanda ke-Mahakekuasaan Allah SWT. Menurut Al-Qasimiy kata shun yang terdapat di dalam ayat di atas adalah kata kunci yang menunjukkan kontras sekali dengan kerusakan dan kehancuran yang terjadi pada hari kiamat, karena itu barulah dapat dikatakan shun Allah membuat kokoh segala sesuatu apabila berjalannya gunung-gunung terjadi di dunia ini. (ZAR, 1994)
Di dalam ayat-Nya yang lain Allah SWT juga telah menjelaskan “bahwa gunung-gunung itu telah digerakkan” (QS. At-Takwir:3) di sini dijelaskan bahwa ketika gunung-gunung mulai bergerak, mereka (gunung-gunung) tidak akan bergerak dengan satu sentuhan, akan tetapi bergerak dalam gerakan yang terus menerus. Bagaimana mungkin gunung-gunung bergerak dengan satu sentuhan, karena bumi ini mengitari angkasa dengan kecepatan ribuan mil per-jam dan ketika saat akhirnya tiba dan bumi tercengkam lalu berhenti mendadak gunung-gunung pun niscaya akan tercerabut dari tempatnya dan hancur. Untuk merasakan proses ini, coba saja kita berhenti mendadak tatkala kendaraan yang sedang bergerak, otamatis kita akan jatuh dari kendaraan tersebut. (Haeri, 2001:79-80)
Selain itu pula Allah SWT juga telah berfirman di dalam surat an-Naba’ ayat 20 yang artinya adalah:”dan gunung-gunung akan dijalankan bagaikan fatamorgana” telah kita ketahui bahwa gunung-gunung yang sekarang nampak laksana sosok yang kokoh akan lenyap sesuai dengan firman Allah di atas akan menjadi fatamorgana yang artinya yaitu akan menjadi lenyap di depan mata tanpa ketahuan, semakin dekat kita bergerak ke arah fatamorgana maka semakin jauh kelihatannya dan selamanya takkan pernah bisa di tangkap.

II.III Nilai Positif Dari Eksistensi Gunung
Ada beberapa nilai positif dari eksistensinya gunung di muka bumi diantaranya ialah:
1. Letusan gunung sangat bermanfaat bagi kehidupan makhluk hidup yaitu dari lelehan lava maupun lahar banyak terkandung unsur hara bagi tanaman juga tersedianya batuan-batuan atau bahan material yang berharga bagi manusia.
2. Gunung menjadi pasak bumi, terutama pada bagian kerak bumi. Dengan hal itu maka goncangan antar lempeng bumi dapat terhindarkan serta kestabilan dapat dirasakan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam kitab suci-Nya yaitu Al-Quran surat Luqman ayat 10 yang artinya:”Dia menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kamu melihatnya, dan Dia meletakkan gunung-gunung (dipermukaan) bumi agar ia (bumi) tidak menggoyangkan kamu dan memperkembangbiakkan segala macam jenis makhluk bergerak yang bernyawa di bumi. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan.” Dan juga dalam surat an-Naba’ ayat 7 yang artinya:”dan gunung-gunung sebagai pasak.” Dengan kata lain, gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini sehingga memancangkan kerak bumi dan menghindarkan dari terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Ibarat paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu tetap menyatu. Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dengan istilah “isostasi” yang bermakna kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi (Webster’s New Twentieth Century Dictionary, 2 edition “Isostasy”, New York, s. 975).
3. Allah menegakkan gunung untuk bumi tiada lain agar makhluk hidup dapat menetap di muka bumi serta dapat mencari perbekalan demi kelangsungan hidup. (Haeri, 2001:50) Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat an-Nazi’at ayat 32 yang artinya:”dan gunung-gunung Dia menjadikannya teguh.”

II.IV Rahasia yang Terkandung di dalam Gunung
Allah SWT menciptakan segala sesuatu yang ada di alam semesta pasti memiliki keistimewaan-keistimewaan tersendiri, sebagai contoh gunung yang memiliki keistimewaan sebagai berikut:
1. Batu gunung, yang selalu menjadi pilihan unutk digunakan sebagai bahan bangunan untuk mendirikan gedung-gedung rumah karena ia memiliki kemampuan menyimpan panas di dalam ruangan dengan baik saat ada terpaan hawa dingin. Berdasarkan fakta ini rumah yang menggunakan semen beton berbeda dari rumah yang menggunakan batu gunung. Jadi ini kemukjizatan al-Qur’an di dalam firman Allah SWT surat an-Nahl ayat 81 yang artinya:”Dia jadikan bagimu tempat berlindung dari gunung-gunung”
2. Gunung memiliki berbagai macam warna yang disebabkan oleh:
a) Perbedaan materi yang menyusun bebatuannya, ada yang berwarna merah pekat yaitu gunung yang terdiri dari besi. Juga berwarna hitam yang gunung tersebut terdiri dari mangan. Serta warna kuning yang gunungnya terdiri dari logam.
b) Peleburan yang menembus beberapa tempat dan kedalaman yang berbeda di atas permukaan bumi.
3. Dari gunung-gunung mengalirlah air sungai-sungai karena air hujan membeku di puncak gunung, lalu meresap ke dalamnya, kemudian air yang mengalir ke lembah yang kering. Demikianlah keadaan sungai Nil di Mesir, juga Dajlah dan Al-Furat di Irak. (Jauhari, 1984:101) dan lebih separuh manusia bergantung kepada gunung untuk air.
4. Gunung itu mempunyai Lempeng yang bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Perpanjangan ini tidak lain adalah saluran yang menghubungkan dapur magma dengan bibir gunung api. Pada tahun 1960-an, para ilmuan menemukan bahwa gunung-gunung itu bukan hanya sekadar tumpukan tanah yang ada di atas permukaan bumi, tetapi mempunyai umbi yang tertancap dan mengakar ke perut bumi yang kadang-kadang kedalaman umbinya di dalam tanah 15 kali lipat daripada bagiannya yang menjorong ke atas permukaan bumi.

BAB III
PENUTUP

III.I Kesimpulan
Dari pembahasan di atas kita dapat mengambil beberapa kesimpulan, diantaranya ialah:
1. Bahwa gunung merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah SWT atas umat-Nya yang memiliki berbagai macam keistimewaan terutama sebagai pasak bagi bumi.
2. Segala sesuatu yang Allah ciptakan di muka bumi ini pasti memiliki keistimewaan tersendiri yang hal itu harus kita yakini selaku hamba-Nya yang beriman.
III.II Saran
Ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan di antaranya ialah:
1. Kepada para pendidik agar dalam memberikan pengetahuan terutama tentang ke-alaman beserta dalil-dalilnya baik itu secara rasio atau empiris.
2. Kepada para pelajar agar selalu kritis atau analisis terhadap segala ciptaan/kejadian yang ada/terjadi di muka bumi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdushshamad, Muhammad Kamil. 2002. Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur’an. Jakarta. Akbar Media Eka Sarana.
Haeri, Fadhullah. 2001. Cahaya Al-Qur’an (Tafsiran Juz ‘Amma). Jakarta Timur. PT. Serambi Ilmu Semesta
http://juliusdarmansyah.wordpress.com.
http://id.wikipedia.org/wiki/surat_dalam_al-Quran.
http://doddys.wordpress.com.
http://agorsiloku.wordpress.com.
Jauhari, Thanthawi. 1984. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Modern. Surabaya. Penerbit Al-Ikhlas
Mulyono, Agus dan Abtokhi, Ahmad. 2006. Fisika dan Al-Qur’an. Malang. UIN Malang Press
Shihab, M. Quraish. 1997. Mukjizat Al-Qur’an. Bandung. Mizan
www. Harun Yahya@.com.
ZAR. Sirajuddin. 1994. Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Islam, Sains dan Al-Qur’an. Jakarta. PT. Rajagrafindo Persada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar