Jumat, 26 Desember 2008

EKSISTENSI GUNUNG


BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang Masalah
Gunung merupakan bentuk muka bumi yang menonjol daripada muka bumi yang lainnya. Oleh karena itu, gunung banyak memiliki faedah serta manfaat bagi makhluk hidup terutama manusia yang bermukim di sekitarnya. Akan tetapi selama ini belum banyak makhluk hidup terutama manusia mempelajari serta mengetahui akan nilai positif dari gunung itu sendiri, padahal Allah SWT telah menjelaskan hal itu (nilai positif dari eksistensi gunung) di dalam kitab suci-Nya yaitu Al-Qur’an Al-Karim.
Kemudian, gunung ini merupakan salah satu tanda kekuasaan serta kebesaran penciptaan Allah SWT yang di dalam proses penciptaannya banyak terdapat rahasia-rahasia yang semestinya kita selaku penghuni bumi dapat mengetahuinya.
Oleh karena itu, di dalam paper ini penulis akan sedikit menjelaskan tentang nilai positif dari eksistensinya gunung di muka bumi ini, serta rahasia-rahasia yang terkandung di dalam gunung, baik itu dari proses penciptaannya maupun dari hal-hal yang berkaitan dengan gunung itu sendiri.

I.II. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya ialah:
1. Apa nilai positif dari eksistensi gunung-gunung di muka bumi ini?
2. Apa rahasia-rahasia yang terkandung di dalam gunung-gunung?
I.III. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan masalahnya ialah:
1. Dapat mengetahui nilai positif dari eksistensi gunung-gunung di muka bumi ini.
2. Dapat mengetahui rahasia-rahasia yang terkandung di dalam gunung-gunung.

BAB II
PEMBAHASAN

II.I Pengertian Gunung
Bumi diciptakan oleh Allah SWT tidak berbentuk bulat sempurna, melainkan bulat pipih dengan bentuk muka atau kerak bumi yang tidak rata, ketidakrataan ini secara sains (ilmu) diakibatkan oleh tenaga dari dalam (endogen) atau dari luar (eksogen). Salah satu bentuk fenomena alam yang diakibatkan oleh tenaga endogen adalah terbentuknya gunung.
Gunung adalah sebuah bentuk tanah yang menonjol di atas wilayah sekitarnya. Sebuah gunung biasanya lebih tinggi dan curam dari sebuah bukit, tetapi ada kesamaaan, dan penggunaan sering tergantung dari adat lokal. Beberapa pejabat mendefinisikan gunung dengan puncak lebih dari besaran tertentu; misalnya, Ensiklopedia Britannica membutuhkan ketinggian 2000 kaki (610 m) agar bisa didefinisikan sebagai gunung. (http://juliusdarmansyah.wordpress.com

II.II Pergerakan Gunung
Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya:”dan engkau akan melihat gunung-gunung yang engkau kira tetap ditempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan. Itulah ciptaan Allah yang Mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Naml:88) dari hasil rekaman satelit, diperoleh bukti bahwa Jazirah Arab beserta gunung-gunungnya bergerak mendekati Iran beberapa sentimeter setiap tahunnya. Sebelumnya sekitar 5 juta tahun yang lalu Jazirah Arab memisahkan diri dari Afrika dan membentuk laut merah sekitar daerah Somalia sepanjang pantai timur ke selatan saat ini berada dalam proses pemisahan yang lamban dan telah membentuk lembah belah yang membujur ke selatan melalui deretan danau Afrika. (Shihab, 1997:187)
Selanjutnya, Mufasir Al-Qasimiy menafsirkan ayat di atas yaitu ayat berjalannya gunung-gunung adalah terjadinya di bumi, dan tidak ada korelasinya dengan ayat sebelumnya yang menerangkan tentang peristiwa hari kiamat serta penciptaan malam, akan tetapi dalam hal ini dapat dikatakan bahwa penciptaan malam dan berjalannya gunung-gunung merupakan dalil atau tanda ke-Mahakekuasaan Allah SWT. Menurut Al-Qasimiy kata shun yang terdapat di dalam ayat di atas adalah kata kunci yang menunjukkan kontras sekali dengan kerusakan dan kehancuran yang terjadi pada hari kiamat, karena itu barulah dapat dikatakan shun Allah membuat kokoh segala sesuatu apabila berjalannya gunung-gunung terjadi di dunia ini. (ZAR, 1994)
Di dalam ayat-Nya yang lain Allah SWT juga telah menjelaskan “bahwa gunung-gunung itu telah digerakkan” (QS. At-Takwir:3) di sini dijelaskan bahwa ketika gunung-gunung mulai bergerak, mereka (gunung-gunung) tidak akan bergerak dengan satu sentuhan, akan tetapi bergerak dalam gerakan yang terus menerus. Bagaimana mungkin gunung-gunung bergerak dengan satu sentuhan, karena bumi ini mengitari angkasa dengan kecepatan ribuan mil per-jam dan ketika saat akhirnya tiba dan bumi tercengkam lalu berhenti mendadak gunung-gunung pun niscaya akan tercerabut dari tempatnya dan hancur. Untuk merasakan proses ini, coba saja kita berhenti mendadak tatkala kendaraan yang sedang bergerak, otamatis kita akan jatuh dari kendaraan tersebut. (Haeri, 2001:79-80)
Selain itu pula Allah SWT juga telah berfirman di dalam surat an-Naba’ ayat 20 yang artinya adalah:”dan gunung-gunung akan dijalankan bagaikan fatamorgana” telah kita ketahui bahwa gunung-gunung yang sekarang nampak laksana sosok yang kokoh akan lenyap sesuai dengan firman Allah di atas akan menjadi fatamorgana yang artinya yaitu akan menjadi lenyap di depan mata tanpa ketahuan, semakin dekat kita bergerak ke arah fatamorgana maka semakin jauh kelihatannya dan selamanya takkan pernah bisa di tangkap.

II.III Nilai Positif Dari Eksistensi Gunung
Ada beberapa nilai positif dari eksistensinya gunung di muka bumi diantaranya ialah:
1. Letusan gunung sangat bermanfaat bagi kehidupan makhluk hidup yaitu dari lelehan lava maupun lahar banyak terkandung unsur hara bagi tanaman juga tersedianya batuan-batuan atau bahan material yang berharga bagi manusia.
2. Gunung menjadi pasak bumi, terutama pada bagian kerak bumi. Dengan hal itu maka goncangan antar lempeng bumi dapat terhindarkan serta kestabilan dapat dirasakan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam kitab suci-Nya yaitu Al-Quran surat Luqman ayat 10 yang artinya:”Dia menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kamu melihatnya, dan Dia meletakkan gunung-gunung (dipermukaan) bumi agar ia (bumi) tidak menggoyangkan kamu dan memperkembangbiakkan segala macam jenis makhluk bergerak yang bernyawa di bumi. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan.” Dan juga dalam surat an-Naba’ ayat 7 yang artinya:”dan gunung-gunung sebagai pasak.” Dengan kata lain, gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini sehingga memancangkan kerak bumi dan menghindarkan dari terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Ibarat paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu tetap menyatu. Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dengan istilah “isostasi” yang bermakna kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi (Webster’s New Twentieth Century Dictionary, 2 edition “Isostasy”, New York, s. 975).
3. Allah menegakkan gunung untuk bumi tiada lain agar makhluk hidup dapat menetap di muka bumi serta dapat mencari perbekalan demi kelangsungan hidup. (Haeri, 2001:50) Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat an-Nazi’at ayat 32 yang artinya:”dan gunung-gunung Dia menjadikannya teguh.”

II.IV Rahasia yang Terkandung di dalam Gunung
Allah SWT menciptakan segala sesuatu yang ada di alam semesta pasti memiliki keistimewaan-keistimewaan tersendiri, sebagai contoh gunung yang memiliki keistimewaan sebagai berikut:
1. Batu gunung, yang selalu menjadi pilihan unutk digunakan sebagai bahan bangunan untuk mendirikan gedung-gedung rumah karena ia memiliki kemampuan menyimpan panas di dalam ruangan dengan baik saat ada terpaan hawa dingin. Berdasarkan fakta ini rumah yang menggunakan semen beton berbeda dari rumah yang menggunakan batu gunung. Jadi ini kemukjizatan al-Qur’an di dalam firman Allah SWT surat an-Nahl ayat 81 yang artinya:”Dia jadikan bagimu tempat berlindung dari gunung-gunung”
2. Gunung memiliki berbagai macam warna yang disebabkan oleh:
a) Perbedaan materi yang menyusun bebatuannya, ada yang berwarna merah pekat yaitu gunung yang terdiri dari besi. Juga berwarna hitam yang gunung tersebut terdiri dari mangan. Serta warna kuning yang gunungnya terdiri dari logam.
b) Peleburan yang menembus beberapa tempat dan kedalaman yang berbeda di atas permukaan bumi.
3. Dari gunung-gunung mengalirlah air sungai-sungai karena air hujan membeku di puncak gunung, lalu meresap ke dalamnya, kemudian air yang mengalir ke lembah yang kering. Demikianlah keadaan sungai Nil di Mesir, juga Dajlah dan Al-Furat di Irak. (Jauhari, 1984:101) dan lebih separuh manusia bergantung kepada gunung untuk air.
4. Gunung itu mempunyai Lempeng yang bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Perpanjangan ini tidak lain adalah saluran yang menghubungkan dapur magma dengan bibir gunung api. Pada tahun 1960-an, para ilmuan menemukan bahwa gunung-gunung itu bukan hanya sekadar tumpukan tanah yang ada di atas permukaan bumi, tetapi mempunyai umbi yang tertancap dan mengakar ke perut bumi yang kadang-kadang kedalaman umbinya di dalam tanah 15 kali lipat daripada bagiannya yang menjorong ke atas permukaan bumi.

BAB III
PENUTUP

III.I Kesimpulan
Dari pembahasan di atas kita dapat mengambil beberapa kesimpulan, diantaranya ialah:
1. Bahwa gunung merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah SWT atas umat-Nya yang memiliki berbagai macam keistimewaan terutama sebagai pasak bagi bumi.
2. Segala sesuatu yang Allah ciptakan di muka bumi ini pasti memiliki keistimewaan tersendiri yang hal itu harus kita yakini selaku hamba-Nya yang beriman.
III.II Saran
Ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan di antaranya ialah:
1. Kepada para pendidik agar dalam memberikan pengetahuan terutama tentang ke-alaman beserta dalil-dalilnya baik itu secara rasio atau empiris.
2. Kepada para pelajar agar selalu kritis atau analisis terhadap segala ciptaan/kejadian yang ada/terjadi di muka bumi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdushshamad, Muhammad Kamil. 2002. Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur’an. Jakarta. Akbar Media Eka Sarana.
Haeri, Fadhullah. 2001. Cahaya Al-Qur’an (Tafsiran Juz ‘Amma). Jakarta Timur. PT. Serambi Ilmu Semesta
http://juliusdarmansyah.wordpress.com.
http://id.wikipedia.org/wiki/surat_dalam_al-Quran.
http://doddys.wordpress.com.
http://agorsiloku.wordpress.com.
Jauhari, Thanthawi. 1984. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Modern. Surabaya. Penerbit Al-Ikhlas
Mulyono, Agus dan Abtokhi, Ahmad. 2006. Fisika dan Al-Qur’an. Malang. UIN Malang Press
Shihab, M. Quraish. 1997. Mukjizat Al-Qur’an. Bandung. Mizan
www. Harun Yahya@.com.
ZAR. Sirajuddin. 1994. Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Islam, Sains dan Al-Qur’an. Jakarta. PT. Rajagrafindo Persada.

Read More......

Kamis, 25 Desember 2008

Dialektika Socrates

A. Pendahuluan
Perkembangan ilmu pengetahuan tidak lepas dari peran sentral tokoh-tokohnya. Karena berkat kegigihan mereka dalam mencari dan berpikir itulah ilmu pengetahuan dapat direalisasikan.
Pada masa Yunani Klasik, ada tiga tokoh besar yang memiliki peran tersebut. Dimana mereka banyak memberikan kontribusi pemikiran atau khazanah pengetahuan baik itu dalam bentuk metode, konsep maupun karya tulis.
Salah satunya adalah Socrates, seorang filosof yang agung dengan filsafatnya sehingga melahirkan para filosof sesudahnya. Salah satu filsafatnya adalah dialektika. Dengan ini Socrates dapat menyangkal pendapat kaum sofis yang tatkal itu berkuasa di daratan Athena dengan pemikirannya bahwa kebenaran itu relatif.

Lebih lanjutnya, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Bagaimana biografi Socrates?
2. Bagaimana metode pembelajaran Socrates?
3. Apa saja poin yang lahir dari metode pembelajaran Socrates?
Setelah mengetahui sedikit dari makalah ini tentang Socrates, baik itu biografi, metode pembelajarannya maupun poin-poin dari metode tersebut. Maka kita dapat mengambil ibroh dari itu semua. Amien.
B. Pembahasan
Biografi Socrates
Socrates (469-399 SM) merupakan salah seorang filosof pada masa Yunani Klasik, dimana biografi tentang dirinya hanya didapatkan dari para muridnya, diantaranya: Plato dengan bukunya yang berjudul Apology serta Crito dan Phaedo. Selain itu dari Aristophanes, Xenophon, dan Aristoteles. Dikarenakan Socrates tidak meninggalkan atau menwarisi satupun karya tulis.
Socrates berwajah buruk tapi bertubuh kuat, Socrates adalah anak Sophronicus, seorang ahli pahat, dan Phainarete seorang ahli bidan (dukun beranak). Dalam usia pertengahan ia kawin dengan Xanthippe, yang dikatakan suka mengomel dan mencaki-maki, walaupun tak ada dasar kuat untuk sangkaan tersebut. Socrates termasyur dengan kekuatan intelektualnya sebelum berusia 40 tahun. Pada waktu itu, menurut buku Plato yang berjudul Apology (meriwayatkan tentang pidato pembelaan Socrates), Dewa di Delphi (Oracle at Delphi) mengatakan bahwa Socrates adalah orang yang paling bijaksana di Yunani.
Socrates mendapatkan pendidikan dengan baik, dan pada awalnya ia seorang prajurit Athena yang gagah berani, ia tidak mencampuri urusan politik dan lebih perhatian kepada urusan filsafat. Saat berusia 30-an, ia bekerja sebagai seorang guru moral sosial yang tidak mengambil imbalan juga tidak mendirikan gedung sekolah. Ia suka berdiskusi berbagai macam masalah di tempat umum, misalnya: tentang perang, politik, persahabatan, seni, etika moral dll.
Socrates hidup pada masa kaum sofis, dimana kaum ini sangat menentang para filosof yang selalu mengagungkan akal sebagai alat untuk berfikir, yang akhirnya pengetahuan akan didapatkan. Kemudian kaum sofis ini berkeyakinan bahwa dengan panca indera-lah pengetahuan dapat diraih. Selain itu, mereka juga (kaum sofis) menyebarkan doktrin relativisme kepada pemuda-pemuda Athena, dimana doktrin ini menyatakan bahwa semua kebenaran itu relatif. Tidak ada kebenaran yang objektif.
Pada tahun 399 SM Socrates diadili dan dihukum mati dengan minum racun dikarenakan ia dituduh telah merusak kaum remaja dan meyiarkan ajaran agama yang salah. Dan tuduhan itu disampaikan oleh Anytos pada saat Socrates berusia 70 tahun. Peradilan serta kematian Socrates dibentangkan dalam buku-buku Plato yang berjudul Apology; Crito dan Phaedo. Buku-buku ini ditulis dengan cara yang dramatis. Menurut Phaedo, Socrates meninggal dengan tenang dengan dikelilingi oleh kawan-kawan dan siswanya.
Metode Pembelajaran Socrates (Dialektika)
Metode pembelajaran Socrates bukanlah dengan cara menjelaskan, melainkan dengan cara mengajukan pertanyaan, menunjukkan kesalahan logika dari jawaban, serta dengan menanyakan lebih jauh lagi, sehingga para siswanya terlatih untuk mampu memperjelas ide-ide mereka sendiri dan dapat mendefinisikan konsep-konsep yang mereka maksud dengan mendetail. Selain menanyakan atau mengajukan pertanyaan Socrates acap kali berdebat dengan orang. Dalam perdebatan, ia menggunakan sindiran, melalui desakan pertanyaan tiada henti, agar pihak lawan bertentangan sendiri, mengakui tidak tahu sama sekali terhadap pertanyaan tersebut. Melalui bentuk tanya-jawab, teknik bantuan yakni membantu pihak lawan bicara membuang pandangan yang salah, menemukan kebenaran yang sebenarnya, menyimpulkan melalui perbandingan terhadap analisa masing-masing untuk mencari hukum universal.
Metode ini dikenal dengan sebutan dialektika, berasal dari kata kerja Yunani dialegesthai yang berarti bercakap-cakap atau berdialog. Dimana dalam mengajar Socrates banyak melakukan dialog atau wawancara. Selain itu, dialektika dapat diartikan sebagai pekerjaan seorang ahli filsafat yang sedang membeda-bedakan eide (induksi) kemudian mengelompokkan eide tersebut menurut jenis-jenisnya (deduktif).
Dalam kamus istilah filsafat dan ilmu dikatakan bahwa metode dialektika ini diartikan sebagai metode dialog yang dilakukan oleh seorang guru yang dengan sabar bertanya kepada murid, sehingga murid tersebut mengetahui kesimpulan yang benar tanpa guru itu memberitahunya.
Dialektika berbeda dengan dualisme, karena dualisme membicarakan dua pikiran yang saling berlawanan dan tidak dapat dipadukan, sedangkan dialektika berbicara tentang dua pikiran yang saling berlawanan namun dapat saling direlasikan dan diproseskan. Hegel mengemukakan dialektika dapat dimengerti seperti tesis, antitesis dan sintesis. Misalnya terdapat sebuah pemikiran A (tesis) maka pasti terdapat pemikiran kontra A (antitesis). Untuk menyelesaikan kedua pemikiran tersebut maka dibuatlah pemikiran baru di antara keduanya, sebut saja pemikiran B (sintesis). Selanjutnya, dengan adanya pemikiran B (tesis) pasti terdapat pula pemikiran kontra B (antitesis) yang akan menghasilkan pemikiran baru lagi (sintesis) dan seterusnya. Melalui gambaran ini kita dapat melihat bahwa pemikiran dialektika selalu bersifat bergerak terus-menerus atau berproses.
Adapun metode dialektika yang dipelopori oleh Socrates adalah metode dialektika metafisis. Dikarenakan dengan metode ini Socrates dapat menemukan dasar pengetahuan tentang metafisika.
Dan metode ini ia terapkan bukan saja kepada murid-muridnya tapi juga kepada orang-orang dari berbagai kalangan baik itu ahli politik, pejabat pemerintahan, pedagang, tukang maupun petani sekalipun, setiap kali ia menjumpai mereka.
Dengan berdialektika seperti ini, Socrates mampu membuktikan kebenaran yang objektif, dimana kebenaran tersebut bergantung kepada manusia itu sendiri. Dan mematahkan pendapat kaum sofis yang menyatakan kebenaran itu relatif. Selain itu, ia juga dapat menyikapi kepalsuan dari peraturan-peraturan dan hukum-hukum yang semu dan mengajak orang untuk menelusurinya hanya melalui metode yang bersifat praktis ini.
Metode ini ia awali dengan memberikan beberapa pertanyaan. Pertanyaan pertama merupakan hipotesis, dimana hipotesis ini harus diuji terlebih dahulu sehingga akan memunculkan pertanyaan kedua yang akhirnya akan mendapatkan kesimpulan atau pengetahuan. Biasanya Socrates mengatakan kepada murid-muridnya setelah pembelajaran: "Kiranya kalian sudah 'cukup' menerima masukan dariku. Sekarang tibalah Saatnya bagi kalian untuk mengajukan argumentasi, mengajukan sanggahan Kalau perlu". Dan dari perkataan tersebut, maka dimulailah proses dialektika antara guru dan muridnya.
Socrates lebih suka menyebut metode pembelajarannya dengan nama "maieutike tekhne atau seni kebidanan". Ini disebabkan Socrates mengqiyaskan apa yang ia lakukan dengan ibunya sebagai seorang bidan, dimana tugas kesehariannya hanyalah menolong manusia dan menarik keluar bayi. Artinya membantu orang untuk "melahirkan" wawasan yang benar.
Induksi dan Definisi
Dengan metode dialektika ini, menurut Aristoteles selaku murid Plato bahwa Socrates telah melahirkan dua poin penting dalam menggapai sebuah ilmu pengetahuan. Dua poin tersebut adalah induksi dan definisi.
Induksi adalah suatu cara berpikir yang bertolak dari hal-hal yang khusus dan menarik kesimpulan untuk hal yang umum. Cara ini telah Socrates terapkan yaitu dengan memberikan atau mengajukan pertanyaan tentang keutamaan kepada semua orang dalam berbagai profesi, kemudian jawaban dari setiap orang tadi disimpulkan sehingga menjadi sebuah pengetahuan.
Kemudian, poin yang kedua adalah: Definisi, dimana di dalamnya telah mencakup intisari serta hakikat dari sesuatu sehingga dapat mewakili seluruh populasi yang didefinisikan itu tanpa ada ikatan ruang dan waktu. Dengan kata lain, definisi dihasilkan atas dasar induksi yang berusaha menentukan inti atau hakikat sesuatu hal. Misalnya: Definisi tentang lingkaran, dalam definisi ini akan dijelaskan apa sebenarnya hakikat dari lingkaran tersebut dan definisi ini berlaku untuk semua lingkaran.
Socrates memberikan teori tentang definisi ini dengan beberapa poin yaitu:
1. Suatu definisi ideal harus memberikan pada kita hakikat dari yang ditunjuk oleh suatu kata.
2. Hakikat ini akan ditinjau secara tunggal dan sederhana.
3. Definisi akan menjawab pertanyaan "Apakah unsur pokok yang menjadikan sesuatu hal ada"?
4. Dalam menjawab pertanyaan ini kita akan mengetahui: (a) yang sungguh-sungguh menjadikan semua hal yang benar adalah benar, dan (b) berdasar atas itu kita mengenal dan mampu menanamkan suatu hal yang benar adalah benar.
5. Dengan pengetahuan ini sebagai patokan, kita dapat secara rasional, metodis benar.



C. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Dialog memiliki peran yang sangat signifikan di dalam kehidupan ini, sehingga setiap permasalahan atau perdebatan dapat terselesaikan.
2. Metode dialektika ini sangat relevan dengan proses pembelajaran di segala bidang (ad-durus) ataupun tingkatan (al-marhalat).
3. Kebenaran yang objektif dapat diraih, salah satu caranya adalah dengan berdialektika (bercakap-cakap).

DAFTAR PUSTAKA
Anhari, Masjkur. A. 1992. "Filsafat Sejarah Dan Perkembangannya Dari Abad Ke Abad". Jakarta: CV Karya Remaja
Bakhtiar, Amsal. 2007."Filsafat Ilmu" Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Dipo, Mang. 2008 "Tujuh-Pintu" http://www.nabble.com/ (online). diakses 02/07/2008
Epping, A. dkk., 1983. "Filsafat Ensie (Eerste, Nederlandse, Systematisch, Ingerichte, Encyclopedie)". Bandung: Penerbit Jemmars
Mudhofir, Ali "Teori Dan Aliran Dalam Filsafat Dan Teologi". Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Mudhofir, Ali "Kamus Istilah Filsafat dan Ilmu". Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mudhofir, Ali. 2001. "Kamus Filsuf Barat". Yogyakarta: Penerbit Pelajar
Rahmat. "Socrates tentang Perjalanan Jiwa dan Persemayamannya" http://erabaru.or.id/ (online). diakses 02/07/2008
Subeno, Sutjipto. 2006. "Influence of dialectical Positivism" http://www.grii-andhika.org (online). diakses 02/07/2008
Tafsir, Ahmad. 2003. "Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra". Bandung: PT Remaja Rosdakarya
, "Socrates" http://id.wikipedia.org/ (online). diakses 02/07/2008
, 2007."Socrates" http://grelovejogja.wordpress.com/ (online). diakses 02/07/2008
Read More......