Minggu, 09 Agustus 2009

Keistimewaan Bulan Sya'ban

Oleh: Arbain Nurdin
Segenap kaum muslim yang berbahagia.

Pada sidang sholat jum’at yang berbahagia kali ini, mari kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Dengan berusaha sekuat mungkin menekuni, mentaati dan cinta melaksanakan perintah-perintah Allah dan membuang jauh-jauh larangan-larangannya untuk seterusnya kita tinggalkan. Karena orang-orang yang bertaqwalah yang akan dicintai Allah SWT.

Sidang sholat jum’at yang berbahagia

Alhamdulillah kita telah memasuki salah satu bulan yang dimuliakan Allah yaitu bulan Sya’ban. Dan hari ini tepat pertengahan bulan Sya’ban yang biasa kita kenal dengan istilah nisfu Sya’ban.

Beberapa Ulama’ berpendapat bahwa Sya’ban berasal dari kata “Assi’bu” yang berarti Jalan di gunung, hal ini dimaknai oleh para ulama dengan arti Jalan kebaikan, karena pada bulan ini banyak ditemui berbagai jalan untuk mencapai kebaikan. Dikatakan juga Sya’ban berasal dari “Assa’bu” yang berarti Al-Jabar (memaksa), karena Allah memaksa memecahkan hati manusia pada bulan Sya’ban. Dikatakan juga Sya’ban karena banyaknya kebaikan yang Allah turunkan pada bulan ini.

Sidang sholat jum’at yang berbahagia

Banyak sekali kita temukan keutamaan di bulan Sya’ban ini, hal ini sesuai dengan makna kata Sya’ban itu sendiri yang berarti jalan menuju kebaikan. Dan ini dapat dipahami bahwa Allah SWT bersama Rasul-Nya telah memberikan jalan kepada umat-Nya untuk melakukan kebaikan khususnya di bulan Sya’ban sebelum memasuki bulan Ramadhan.

Di antara jalan menuju kebaikan yang kita temui di bulan Sya’ban ini adalah sebagaimana Rasulullah SAW telah bersabda yang artinya: “Bulan Rajab adalah bulan Allah, bulan Sya’ban adalah bulanku, dan bulan Romadhon adalah bulannya Ummatku, tetapi sedikit yang mengingat kemuliaan Bulan Sya’ban”.

Berdasarkan hadits tersebut, bulan Sya’ban merupakan bulannya baginda Rasulullah SAW, dan dapat kita pahami bahwa bulan Sya’ban merupakan bulan dimana kita di sunnahkan untuk memperbanyak membaca sholawat atas baginda Rasulullah SAW.

Bershalawat kalau dari Allah berarti memberi rahmat, kalau dari malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat.

Selain itu, terdapat pula ayat suci al-Qur’an yang diturunkan pada bulan Sya’ban. Yang berkaitan dengan sholawat, yaitu surat Al Ahzab ayat 56 yang artinya:

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.

Kaum muslimin yang berbahagia

Jalan berikutnya yang diberikan Allah SWT kepada umat-Nya di bulan Sya’ban ini adalah menghidupkan malam nifsu Sya’ban. Walaupun terdapat perbedaan pendapat dari beberapa ulama tentang dalil-dalil yang melandasi hal ini.

Seperti halnya hadits Rasulullah SAW tentang mensunnahkan untuk menghidupkan malam nisfu Sya’ban Nabi Muhammad Saw berkata : “Siapa orang yang menghidupkan Lima malam ini balasannya adalah Syurga yaitu Malam Tarwiyah, Malam A’rofah, Malam I’dul Adha, Malam I’dul Fitri, dan Malam Nisfu Sya’ban.”

Kemudian diriwayatkan oleh sayyiduna Umar RA Nabi Muhammad Saw Berkata : Ada lima malam dalam satu tahun yang mana apabila seseorang berdo’a di malam-malam itu doanya tidak akan ditolak oleh Allah yang Maha Mengabulkan,
diantaranya : Malam pertama dari bulan Rajab, Malam Nishfu Sya’ban, Malam Jum’at, Malam Lailatur Qodar, dan Malam Dua Hari Raya.

Sidang sholat jum’at yang berbahagia

Selanjutnya kita disunnahkan untuk memperbanyak amal shaleh, seperti puasa sunnah, terutama di bulan Sya’ban. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW yang Diriwayatkan oleh Imam al-Nasa’i dan Abu Dawud, disahihkan oleh Ibnu Huzaimah. Usamah berkata pada Nabi SAW. “Wahai Rasulullah, saya tidak melihat Rasul melakukan puasa (sunnah) sebanyak yang Engkau lakukan dalam bulan Sya’ban.’ Rasul menjawab: ‘Bulan Sya’ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang dilupakan oleh kebanyakan orang. Di bulan itu perbuatan dan amal baik diangkat ke Tuhan semesta alam, maka aku ingin ketika amalku diangkat, aku dalam keadaan puasa.”

Selain hadits di atas Aisyah telah berkata: “saya tidak pernah melihat Rasulullah SAW, menyempurnakan puasanya satu bulan penuh, selain puasa bulan Ramadhan dan saya tidak melihat pula Rasul SAW berpuasa di bulan lain, lebih banyak dari bulan Sya’ban”. (Hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim).

Berdasarkan dua hadits tersebut, kita selaku umat muslim berusaha untuk memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban yang penuh barakah ini, selain itu sebagai starting puasa sebelum kita memasuki bulan suci Ramadhan, yang insyaAllah kurang lebih dua minggu lagi akan kita jumpai.

Kaum muslimin yang berbahagia

Salah satu hadis yang diriwayatkan Anas ra. yang artinya “Orang muslim di zaman Rasulullah SAW, dan sahabatnya selalu meningkatkan bacaan Al-Quran setiap kali memasuki bulan Sya’ban, dan pada bulan Sya’ban jugalah mereka selalu membayar zakat mereka terhadap fakir miskin demi untuk membantu menghadapi bulan Ramadhan dengan jiwa yang tenang”.

Hadits di atas menjelaskan sikap Rasulullah bersama sahabat dan umat muslim ketika itu dalam memuliakan bulan Sya’ban yaitu dengan meningkatkan membaca al-Qur’an, seandainya di bulan-bulan lain hanya satu lembar al-qur’an setiap harinya maka khusus di bulan Sya’ban ditingkatkan menjadi 2 hingga 3 lembar setiap hari.

Selain itu, Rasul dan para sahabat serta umat muslim ketika itu juga membayar zakat kepada fakir miskin dengan tujuan untuk membantu meringankan beban umat muslim yang lain dalam menghadapi bulan suci Ramadhan.

Sidang sholat jum’at yang berbahagia

Di atas telah disebutkan beberapa jalan untuk mencapai kebaikan yang disunnahkan untuk kita kerjakan secara lebih dari bulan-bulan yang lain.

Dan satu hal lagi yang tidak boleh kita lupakan sebagai umat muslim, bahwa di dalam bulan Sya’ban inilah terdapat sejarah atau perintah memindahkan kiblat shalat dari Baitul Muqoddas yang berada di Palestina ke Ka'bah yang berada di Masjidil Haram, Makkah pada tahun ke delapan Hijriyah.

Sebelum Ka’bah menjadi kiblat sholat, Masjidil Aqso (Al-Quds) di Palestina telah lama menjadi kiblat kaum muslimin pada masa Rasulullah SAW. dan para sahabatnya, Baitul Muqoddas sudah menjadi kiblat sholat selama kurang lebih tujuh belas (17) bulan lebih tiga hari, ini diterangkan oleh Abu Hatim Al Bisti RA. Setelah sekian lama Rosulullah tinggal di Madinah, maka turunlah wahyu yang memerintahkan Nabi untuk merubah kiblatnya. Perintah langsung untuk merubah kiblat diterangkan dalam surat Al Baqarah ayat 144 yang artinya:

“Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.

Kaum muslimin yang berbahagia

Dalam ayat tersebut terdapat makna “Menegadah ke langit” maksudnya ialah nabi Muhammad SAW sering melihat ke langit berdo’a dan menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah. Dan ketika itulah di saat Rasulullah SAW hendak sholat dzuhur berjama’ah, Allah SWT menurunkan ayat ini. Dengan seketika Rasulullah SAW merubah qiblat sholat ke Makkah al-Mukarromah. Adapun tempat turunya wahyu ketika sholat berjama’ah dhuhur dinamakan Masjid Qiblatain (masjid dua kiblat) Terjadinya perubahan kiblat itu tepat pada hari selasa pertengahan di bulan Sya’ban atau fi Nisfi Sya’ban.

Kaum muslimin yang berbahagia

Demikianlah khutbah jum’at kali ini, kita berdo’a kepada Allah SWT. Semoga kita dapat meningkatkan amal kebaikan kita khususnya di bulan Sya’ban yang penuh barakah ini. Amien yaa robbal ‘alamien. (dari berbagai sumber)
Read More......